Moderasi Beragama dalam Historisitas Rumah Ibadah di Kota Tanjungpinang

Syahrul Rahmat, Jamal Mirdad

Sari


Dalam perspektif sejarah, daerah yang multikultur merupakan cikal bakal lahirnya masyarakat yang moderat. Kota Tanjungpinang di Kepulauan Riau adalah salah satu daerah yang sudah mempraktikan moderasi beragama sejak ratusan tahun lalu. Keberadaan bangsa asing dengan berbagai latar belakang budaya dan agama menjadi unsur penting yang membentuk sebuah kultur yang moderat dan toleran. Perkembangan agama dengan rumah ibadahnya merupakan salah satu bukti yang mengindikasikan praktik toleransi beragama. Artikel ini membahas sejarah agama Islam, Protestan dan Buddha di Tanjungpinang pada abad ke-19. Lebih lanjut, dilakukan analisa terhadap historisitas bangunan peribadatan yang digunakan oleh masyarakat untuk beribadah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan empat tahapan penelitian, dimulai dari heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi agama. Keberadaan rumah ibadah pada abad ke-19 di Tanjungpinang merupakan salah satu wujud toleransi antar umat beragama di daerah tersebut. Beberapa kasus membuktikan bahwa pembangunan sebuah rumah ibadah sebuah agama tidak hanya melibatkan penganut satu agama, tapi juga penganut agama lain. Sejumlah referensi juga tidak menyebutkan adanya konflik ketika sebuah agama mulai membangun rumah ibadah maupun mengembangkan kepercayaannya.

Kata Kunci


Moderasi beragama, historisitas, rumah ibadah, sejarah agama

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Abdullah, T. (1994). Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Pemikiran dan Peradaban. Ikhtiar Yan Hoeve.

Ahimsa-Putra, H. S. (2012). Fenomenologi Agama: Pendekatan Fenomenologi Untuk Memahami Agama. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 20(2), Article 2. https://doi.org/10.21580/ws.20.2.200

Andaya, L. Y. (1987). Kerajaan Johor 1641-1728, Pembangunan Ekonomi dan Politik. Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia.

Bahri, S. (2011). Studi Arkeologi Keagamaan Masjid-Masjid Kuno. Jakarta: Balai Penelitian Dan Pengembangan Jakarta.

Bastin, J. (2011). Singapura Tempo Dulu 1819-1942. Komunitas Bambu.

Dahlan, A. (2014). Sejarah Melayu. Kepustakaan Populer Gramedia.

Daliman, A. (2018). Metode Penelitian Sejarah. Ombak.

Durkheim, E. (1966). The Rules of Sociological Method. The Free Press.

Fahrudin, A. (2013). Pusat Kajian Islam Melayu: Studi Peran Masjid Sultan Riau Masa Lalu. Jurnal Lektur Keagamaan, 11(2), 405–428.

Halim, A., & Akbar, M. R. (2022). Toleransi dan Kebebasan dalam Mendirikan Rumah Ibadah sebagai Aktualisasi Moderasi Beragama. Al-Wasatiyah: Journal of Religious Moderation, 1(1), Article 1.

Hilmi, D. (2016). Mengurai Islam Moderat sebagai Agen Rahmatan Lil ‘Alamin. In Islam Moderat: Konsepsi, Interpretasi, dan Aksi (pp. 59–72). UIN Maliki Press.

Hollander, J. J. (1868). Aardrijksbeschrijving van Nederlandsch Oost Indi. Seyffardt’s Boekhandel.

Lapian, A. B. (2009). Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut, Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. Komunitas Bambu.

Rahmat, S. (2019). Bugis di Kerajaan Melayu: Eksistensi Orang Bugis dalam Pemerintahan Kerajaan Johor-Riau-Lingga-Pahang. Perada, 2(1), 35–44. https://doi.org/10.35961/perada.v2i1.25

Rahmat, S. (2021). Perompak dan Penguasa Kepulauan Melayu: Dinamika Jalur Rempah Di Pantai Timur Sumatera. In Arus Rempah Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatra (pp. 89–112). Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat.

Rahmat, S. (2022a). Sejarah & Arsitektur Rumah Ibadah Kuno di Kota Tanjungpinang. Sulur Pustaka.

Rahmat, S. (2022b). Tertolak di Kepulauan Melayu: Penolakan Pengajaran Tarekat Syatariah di Kepulauan Riau Awal Abad XX. International Symposium Proceeding Cosmopolitanism of Islam Nusantara: Spiritual Traces and Intellectual Networks on the Spice Route, 319–335.

Rahmat, S. (2022c). Wisata Ke Masa Lalu: Potensi Heritage Tourism Pada Rumah Ibadah Kuno Di Tanjungpinang. Khazanah: Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan Islam, 12(1), Article 1. https://doi.org/10.15548/khazanah.v12i1.505

Rapoport, A. (1969). House, Form and Cultural. Prentice Hall.

Shihab, M. Q. (2019). Wasathiyyah Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama. Lentera Hati.

Sutherland, H. (2007). Geography as destiny?: The role of water in Southeast Asian history (pp. 25–70). Brill. https://doi.org/10.1163/9789004254015_003

Tim Penyusun Kementerian Agama RI. (2019). Moderasi Beragama. Kementerian Agama RI.

Trocki, C. A. (1976). The origins of the Kangchu System 1740—1860. Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, 49(2 (230), 132–155.

Van der Putten, J. (2001). His word is the truth: Haji Ibrahim’s letters and other writings (Vol. 104). Leiden University Press.

Yatno, T. (2022). Multikultur dan Moderasi Lintas Budaya di Candi Borobudur. Jurnal Agama Buddha Dan Ilmu Pengetahuan, 8(1), Article 1. https://doi.org/10.53565/abip.v8i1.552

Yulianty, M., & Swastiwi, A. W. (2018). Sejarah dan Cagar Budaya Kota Tanjungpinang. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang.

Zuhrah, F., & Yumasdaleni. (2021). Masjid, Moderasi Beragama dan Harmoni di Kota Medan. Harmoni, 20(2), Article 2. https://doi.org/10.32488/harmoni.v20i2.512




DOI: https://doi.org/10.55115/purwadita.v7i1.2615

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.license.cc.by-sa4.footer##

 

Purwadita: Jurnal Agama dan Budaya
ISSN 2621-1017 (Online) 2549-7928 (Printed)
Published by Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
W : http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/Purwadita
E : hengkiprimayana@stahnmpukuturan.ac.id


 

View My Stats


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.